Senin, 25 November 2013

Performing Art dalam Menyemarakan Soloraya Creative Expo 2013



Event Soloraya Creative Expo yang berlangsung mulai tanggal 20 – 24 November 2013 yang lalu telah menyedot perhatian dari warga Kota Solo sendiri bahkan hingga turis mancanegara dan sejumlah kedutaan besar asing di Indonesia. Dalam event ini ditampilkan berbagai macam produk – produk kreatif dari para pengusaha se-Soloraya. Selain produk – produk kreatif, turut ditampilkan pula kreasi – kreasi seni dalam pertunjukan seni yang meriah.

Performing arts sendiri ditampilkan dalam expo ini dalam rangka untuk turut memeriahkan expo yang digelar. Pertunjukan seni ini dilaksanakan di panggung utama tepatnya di venue Benteng Vastenburg. Dengan kehadiran performing arts tersebut terbukti efektif mampu meningkatkan jumlah pengunjung expo khusunya yang digelar pada venue Benteng Vastenburg. Coba kita bayangkan jika performing arts tersebut tidak ada, pasti suasana expo akan menjadi sepi.



Pertunjukan seni sendiri digelar setiap hari mulai hari pertama hingga hari terakhir. Biasanya pertunjukan tersebut akan dimulai pada pukul 19.00 dan berakhir pada pukul 22.00. Pengisinya sendiri merupakan sanggar – sanggar seni se – Soloraya mulai dari Sukoharjo, Kota Solo sendiri hingga Boyolali dan Klaten. Mereka menampilkan pertunjukan terbaik demi menghibur para pengunjung yang hadir dalam expo yang digelar. Ada yang menarik disini ketika saya ketahui bahwa para penampil tersebut bersifat voluntary (sukarela) alias tidak dibayar. Meskipun tidak dibayar tetapi para artis tersebut dapat tampil maksimal dan profesional di atas pentas.

Suasana bertambah meriah ketika para pengunjung yang menyaksikan dapat berinteraksi langsung dengan artis – artis diatas panggung dengan menggunakan media “kenthongan”. Hal ini jelas menambah semangat para artis yang tampil di panggung. Konsep ini menurut saya sangat menarik dan mungkin dapat diadopsi pada event – event yang akan digelar selanjutnya di Kota Solo ini.

Konsep pameran dan pertunjukan seni merupakan gabungan konsep yang sangat unik dan menarik. Terbukti kolaborasi keduanya mampu memberikan hiburan tersendiri bagi masyarakat Kota Solo. Dan dengan kolaborasi tersebut, pengunjung yang datang pun dapat terus bertambah setiap harinya. Kini Soloraya Creative Expo 2013 telah resmi ditutup, penulis berharap akan ada event serupa yang akan memerihakan Kota Solo kembali di tahun mendatang. Salam budaya..

Jumat, 22 November 2013

Ayo ke Soloraya Creative Expo 2013




Soloraya Creative Expo merupakan event pameran produk – produk kreatif yang pertama kali diselenggarakan di Soloraya. Event ini sendiri dilaksanakan mulai tanggal 20 – 24 November 2013 dengan mengambil  4 venue sekaligus. Kali ini saya akan membahas Venue pertama yang juga merupakan pusat dari event ini yakni Venue Benteng Vastenburg. Lokasi benteng sendiri yang berada di pusat Kota Solo, dapat memudahkan para pengunjung untuk mengakses expo yang digelar pada venue tersebut.

Di venue ini kita dapat menjumpai hall yang berbentuk unik dan tak biasa. Ya unik memang karena hall di Vastenburg ini berbentuk menyerupai “Tobacco Warehouse”. Bentuk yang tak biasa ini tentu sangat menarik minat pengunjung yang hadir dalam expo tersebut. Namun meskipun semua hall tertutup dari bambu jangan kawathir para pengunjung akan kepanasan, karena didalam masing – masing hall sudah dipasang pendingin ruangan kok. Hal ini dapat membuktikan bagaimana arsitektur klasik dapat membaur dengan teknologi modern yang ada dewasa ini. Di dalam venue dapat kita jumpai produk – produk kreatif asli Soloraya seperti batik. Brand ternama seperti Danar Hadi turut ambil bagian dalam expo ini. Selain itu ada juga Sritex yang terkenal setelah pakaian militer produksinya mampu menembus pasar eropa juga turut hadir dalam expo tersebut. Disamping “brand – brand” ternama terdapat pula para pengusaha – pengusaha kreatif yang masih berskala kecil hingga menengah yang turut memeriahkan expo ini. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir kalangan “small business” di Soloraya agar mampu bersaing dengan pengusaha – pengusaha lain yang lebih besar khususnya di wilayah Soloraya.

Selain itu tema yang diangkat “The Exoticism of Bamboo” juga membuat Benteng Vastenburg dihisai oleh puluhan ribu bambu yang tertata cantik dan artistik. Hal ini tentu saja dapat memanjakan para pecinta foto untuk mengabadikan setiap momen bersama dekorasi Soloraya Creative Expo yang menawan tersebut. Selain hall utama, terdapat pula “Payung Kuliner”. Di tempat ini kita disuguhkan dengan artistik bambu yang ditata sedemikian rupa menyerupai payung raksasa. Di venue ini kita dapat menjumpai berbagai macam stand kuliner yang dapat memanjakan lidah para pengunjung yang hadir. Jadi setelah capek jalan – jalan kita dapat istirahat sejenak di sini sambil menikmati hidangan yang telah dipesan.

Venue selanjutnya adalah panggung hiburan. Yup di Benteng Vastenburg ini telah berdiri megah panggung hiburan bagi para pengunjung yang ingin menikmati hiburan kreatif. Penampilnya sendiri merupakan artis – artis lokal Soloraya, seperti artis – artis dari Institut Seni Indonesia Surakarta. Selain itu ada yang unik di panggung hiburan ini karena di tempat duduk penonton telah disediakan bambu yang menyerupai “kentongan” panjang yang dapat digunakan oleh paraa pengunjung yang hadir untuk berinteraksi dengan para performer. Konsep ini sangat menarik sekali karena penoton bisa mengekspresikan jiwa seni nya juga dengan memukul – mukul kentongan “tersebut”. Namun kadang – kadang ada pengunjung yang asal memukul sehingga malah mengganggu penampilan para artis didepan panggung. Maka mungkin diperlukan guide untuk memandu para pengunjung tersebut dalam memukul “kentongan” tersebut. Pertunjukan seni di panggung hiburaan ini sendiri dimulai pada pukul 19.00 – 22.00 setiap harinya.

Saya sangat bangga dan mengapresiasi event ini karena dapat mengangkat dan memperkenalkan industri kreatif Soloraya ke tingkat nasional dan bahkan internasional.  Selain itu dengan berlangsungnya event ini juga dapat menunjukan kepada dunia bahwa masyarakat Solo itu ternyata kreatif – kreatif. Ini dapat terlihat dari konsep acara, mulai dari dekorasi, performing arts hingga produk – produk yang dipamerkan dalam expo tersebut. Hal ini akan berimplikasi pada meningkatnya jumlah kunjungan wisata ke Kota Solo itu sendiri. Jadi tunggu apa lagi, segera kunjungi Soloraya Creative Expo 2013!

Jumat, 11 Oktober 2013

Identitas Etnis Sebagai Penyebab Pecahnya MNLF

Selama belajar Ilmu Hubungan Internasional selama kurang lebih tujuh semester ini, saya dihadapkan dengan realita bahwa banyak negara/organisasi di dunia ini yang terpecah akibat konflik yang disebabkan oleh perbedaan etnis dan diskriminasi terhadap etnis tertentu. Etnis yang tertindas kemudian melakukan gerakan “pemisahan” dari suatu organisasi induk nya. Hal ini juga yang nampaknya menjadi latar belakang pecahnya Moro National Liberation Front (MNLF) menjadi Moro Islamic Liberation Front (MILF).



Hashim Salamat merupakan pendiri MILF pada awalnya merupakan Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MNLF. Dia kemudian menyatakanan memisahkan diri dari MNLF pada 1977 karena tidak menyetujui penandatanganan Tripoli Agreement 1976. Perseteruan antara Hashim Salamat dengan Pendiri MNLF, Nur Misuari dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Faktor yang paling mencolok adalah faktor identitas etnis.



Perseteruan antara etnis Manguindanao dengan Tausug telah terjadi cukup lama di Filipina Selatan. Nur Misuari yang merupakan seorang Tausug selalu mengunggulkan etnisnya dan menempatkannya pada posisi strategis di jajaran MNLF. Bahkan desakan anggota Komite Sentral MNLF yang menginginkan Hashim Salamat menjadi Wakil Ketua MNLF pun ditolak oleh Nur Misuari. Hal inilah yang membuat Hashim Salamat yang merupakan etnis Manguindanao tidak terima. Etnis Manguindanao merupakan etnis muslim terbesar di Mindanao. Kebijakan Nur Misuari ini kemudian dianggap sebagai tindakan untuk memarjinalkan etnis Manguindanao. Untuk itulah Hashim Salamat memisahkan diri dari MNLF dan mendirikan “New MNLF” sebagai cikal bakal MILF pada tahun 1984.