Selama belajar Ilmu Hubungan Internasional selama
kurang lebih tujuh semester ini, saya dihadapkan dengan realita bahwa banyak
negara/organisasi di dunia ini yang terpecah akibat konflik yang disebabkan
oleh perbedaan etnis dan diskriminasi terhadap etnis tertentu. Etnis yang
tertindas kemudian melakukan gerakan “pemisahan” dari suatu organisasi induk
nya. Hal ini juga yang nampaknya menjadi latar belakang pecahnya Moro National
Liberation Front (MNLF) menjadi Moro Islamic Liberation Front (MILF).
Hashim Salamat merupakan pendiri MILF pada awalnya
merupakan Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MNLF. Dia kemudian menyatakanan
memisahkan diri dari MNLF pada 1977 karena tidak menyetujui penandatanganan
Tripoli Agreement 1976. Perseteruan antara Hashim Salamat dengan Pendiri MNLF,
Nur Misuari dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Faktor yang paling mencolok
adalah faktor identitas etnis.
Perseteruan antara etnis Manguindanao dengan Tausug
telah terjadi cukup lama di Filipina Selatan. Nur Misuari yang merupakan
seorang Tausug selalu mengunggulkan etnisnya dan menempatkannya pada posisi
strategis di jajaran MNLF. Bahkan desakan anggota Komite Sentral MNLF yang
menginginkan Hashim Salamat menjadi Wakil Ketua MNLF pun ditolak oleh Nur
Misuari. Hal inilah yang membuat Hashim Salamat yang merupakan etnis
Manguindanao tidak terima. Etnis Manguindanao merupakan etnis muslim terbesar
di Mindanao. Kebijakan Nur Misuari ini kemudian dianggap sebagai tindakan untuk
memarjinalkan etnis Manguindanao. Untuk itulah Hashim Salamat memisahkan diri
dari MNLF dan mendirikan “New MNLF” sebagai cikal bakal MILF pada tahun 1984.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar